“Kita perlu mengevaluasi tata politik kita sekaligus menginvestigasi nilai-nilai budaya dalam jantung tradisi-tradisi masyarakat Indonesia sekarang ini, dimana kita ketahui bersama, tindakan a-moral seperti hoax, fitnah, ghibah, telah menjadi kebiasaan masyarakat di negara kita, apalagi menjelang saat-saat Pilpres sekarang. Dan hal itu dilakukan sejumlah kelompok yang berupaya melakukan aksi disharmoni hanya demi kepentingan jangka pendek,” jelasnya.

Menurut Andyva, dinamika politik Indonesia saat ini belum mencerminkan demokrasi yang substantif.

“Pro-Kontra wajar-wajar saja, namun budaya dengan politik bermartabat perlu diciptakan sebagai sebuah proses merawat demokrasi tetap sehat,” kata Andyva yang kini sedang studi di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University Singapura.

“Nah, budaya politik kira-kira perlu dilakukan dengan cara apa agar komunikasi yang baik selalu tercipta dan partisipasi demokrasi dapat terus meningkat,” tambahnya.

Maka dari itu, lanjutnya, BRC Table Talk seri ketiga ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut.

“Melalui Table Talk ketiga ini, kita sama-sama berharap dapat mengetahui seperti apa budaya dan komunikasi politik yang baik yang harus kita ciptakan agar kondisi disharmonisasi tidak terjadi di Pilpres nantinya,” pungkas peneliti studi strategis ini.