Yudiatma Yahya : Sebuah teladan kepemimpinan
Matasulsel – Nampaknya sampai sekarang belum ada yang mampu mengalahkan kekuatan cinta. Cinta yang muncul dari hati yang bersih dan tulus memiliki kekuatan yang dahsyat. Nelson Mandela telah membuktikan dahsyatnya “the Power of Love” di Afrika Selatan. Meskipun pernah menjadi korban kekejaman HAM yang dilakukan oleh rezim apartheid, Nelson Mandela lebih memilih jalan damai. Selama lebih dari 27 tahun dipenjara, dizalimi, ditindas, disiksa, dicabut hak-haknya tapi tidak ada rasa dendam pada diri Nelson Mandela. Dengan kekuatan cinta yang bersih dan tulus Nelson Mandela mampu melakukan rekonsiliasi nasional dan mempersatukan rakyat Afrika Selatan. Padahal, ketika Nelson Mandela maju mencalonkan diri menjadi capres banyak lawan-lawan politiknya yang meragukan kemampuannya. “Nelson Mandela memang akan menang karena popularitasnya yang tinggi, tapi dia tak akan mampu memimpin Afrika Selatan,” komentar seorang warga kulit putih jelang pemilu.
Dan kini dengan argumen yang hampir mirip dengan keraguan kemampuan Mandela, Indah pun diragukan mampu memimpin Bupati Luwu Utara ini. Banyak lawan-lawan politik yang menganggap bahwa Indah hanya menang popularitas karena menjadi “media darling”. Rekam jejak Indah yang mampu mewakili kaum hawa ternyata mampu memberikan “shok sistem” di tengah masyarakat. Kesuksesan Indah yang secara fenomenal mampu menata kembali Luwu Utara, menata birokrasi pemerintahan dan pelayanan publik hanya dalam waktu 1 tahun sudah memperlihatkan hasil yang signifikan.
Menurut ketua Forum Komunikasi Pemuda Pemudi Sabbang (FKPPS) Luwu Utara Yudiatma yahya, Konsistensi indah yang menerapkan gaya kepemimpinan membumi yang setara dengan rakyat yang dipimpinnya dengan selalu hadir ditengah-tengah masyarakat, mau duduk bersama, mendengar dan berbaur tanpa sekat-sekat protokoler melahirkan kepercayaan rakyat pada kepemimpinnannya. Secara tidak langsung, gaya kepemimpinan Indah yang disukai rakyat telah “membunuh” gaya kepemimpian “mbossy dan elitis”. Indah telah memberikan teladan bahwa untuk menjadi pemimpin yang dicintai rakyatnya tidak harus memiliki kebesaran individunya tapi lebih disebabkan karena pemimpin tersebut mau mendengar, melayani, berbaur dan menyatu dengan rakyatnya.
“Indah adalah manusia biasa. Dia bukan nabi yang maksum. Banyak masalah yang terkadang membuat Indah merasa kesulitan karena adanya kelemahan yang melekat pada dirinya. Tapi yang perlu dijadikan teladan, dengan kesadaran akan adanya kelemahan yang dimilikinya, Indah tak segan-segan untuk minta maaf kepada masyarakat secara langsung. Modal penting dari kesuksesan seorang pemimpin adalah adanya “trust” kepercayaan rakyat pada pemimpinnya. Ketika seorang pemimpin “ingin melayani rakyat” dan “kecintaan yang tulus pada rakyat” sebagai motivasi kunci dalam kepemimpinannya maka sangat wajar jika Indah pun mendapatkan cinta yang tulus dari rakyat yang dipimpinnya. Sejarah mengajarkan bahwa suatu bangsa/ daerahdapat maju apabila generasi penggantinya memiliki kemampuan yang lebih baik daripada generasi yang digantikan, itu tak dipungkiri lagi.” Ujar Yudi.
“Pemimpin tidak cukup dengan modal bersih sj, dia harus berkarakter. Dan ibu Indah sudah memperlihatkannya. Semoga Tahun 2016 ini diakhiri Desember penuh kenangan Indah, dan disambut januari 2017 dengan penuh harapan yang Indah pula, menuju luwu Utara yg religius, maju dan berkatakter, berbudaya, dengan bingkai kearifan lokal, amiiiin.