Pernikahan dini ikut memperparah persoalan. Banyak remaja, terutama perempuan, mengakhiri masa sekolah lebih cepat karena dinikahkan di usia belia. Mereka belum selesai tumbuh, tapi sudah dipaksa memikul beban rumah tangga. Dalam jangka panjang, ini bukan hanya menjadi persoalan sosial, tetapi juga memperlemah daya saing daerah secara struktural. Kita menciptakan lingkaran ketertinggalan yang berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kohesi sosial tidak mungkin terbentuk di tengah ketimpangan akses pendidikan. Tidak ada kolaborasi yang adil jika sebagian besar warga masih tertinggal secara literasi. Tidak ada kinerja yang bermakna jika sistem pendidikan daerah tidak diperkuat secara serius dan berkelanjutan. Pendidikan bukan tambahan, bukan pelengkap, tapi fondasi. Inilah ruang yang seharusnya jadi fokus kebijakan, jadi pusat investasi, dan jadi ukuran keberhasilan pembangunan Jeneponto.

Assamaturu berarti bergerak bersama. Kacaradekang adalah tempat terbaik memulainya. Di ruang kelas yang hidup, di tangan guru yang terjaga martabatnya, dan di semangat anak-anak yang percaya bahwa masa depan mereka pantas diperjuangkan. (*)