Australian Aid Dirikan Teknologi Biogas Ternak di Bone
Kunjungan Mr. Mathews bersama nyonya disambut oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bone dan Camat Bengo. Selain itu, juga hadir perwakilan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, Kepala Puskesmas setempat dan Kepala Desa Tungke. Warga Desa Tungke sangat antusias menyambut kedatangan Mr. Mathews di rumah kepala dusun setempat. Mr. Mathews sangat senang karena bantuan teknologi biogas telah dimanfaatkan oleh warga. “Australia memiliki hubungan yang sangat baik dengan Pemerintah Indonesia. Kami sangat senang bisa membantu warga dan berharap teknologi ini dikembangkan oleh masyarakat”, harap Mr. Mathews.
Camat Bengo berharap ada kelanjutan pengembangan teknologi tepat guna bagi warga yang telah memiliki biogas. Demikian juga harapan Kepala Dinas Peternakan agar warga dapat dibantu mengembangkan pupuk organik cair dan padat dari hasil akhir biogas. Tentunya, hal ini akan terwujud secara efektif jika warga diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengolahnya dengan sentuhan teknologi tepat guna.
Seperti kita ketahui seekor sapi dewasa menghasilkan kotoran 15-20 kg setiap harinya. Kotoran dari sapi yang tidak dikandangkan mengurangi estetika dan mengganggu warga. Padahal, kotoran sapi itu sangat potensial diolah menjadi biogas sehingga mengurangi pengeluaran rumah tangga akan gas LPG. Bahkan, produk akhir pengolahan limbah organik kotoran ternak yang disebut bio-slurry dapat dijadikan pupuk organik. Bio-slurry mengandung nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan berguna sebagai pupuk kolam ikan, campuran pakan ikan, belut, bebek, ayam dan budidaya cacing. Dengan demikian, teknologi tepat guna biogas dari ternak sapi dapat mendatangkan pendapatan tambahan bagi keluarga.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi, PhD, mengatakan bahwa FKM Unhas mendukung kegiatan pengabdian masyarakat baik yang dilakukan oleh mahasiswa maupun dosen, tutupnya. (*)