Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Bachtiar Adnan Kusumauntuk menerapkan istilah “dari diksi menjadi aksi,” yang diambil dari istilah sahabatnya, Dr. Adin Bondar, M.Si. Deputi Bidang Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Bachtiar juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyelesaian buku tersebut, termasuk Haerullah Lodjik dari Kabupaten Jeneponto, A Asis Tuju dan Dr. Herman Lilo yang mendampingi dalam mendesain buku.

Dalam kesempatan lain, Bachtiar diundang oleh Kepala Sekolah dan lahirlah Buku Cahaya dari Bukit Moncongloe dan Sekolah Islam Athirah di Makassar, yang menghasilkan buku 19 Hari Bersama Bachtiar Adnan Kusuma.

Melalui kegiatan ini, BAK menegaskan pentingnya tidak melakukan pemisahan antara membaca dan menulis. “Mendorong membaca tanpa menulis hanya akan memperburuk akses terhadap buku berkualitas di Indonesia,” tegasnya.

Bachtiar menyerukan agar semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat, bersinergi dalam mendorong gerakan membaca dan menulis. “Keduanya harus kita dorong secara seimbang untuk mengatasi darurat literasi di tanah air kita,” pungkasnya.

Dengan semangat dan dedikasi yang tak kenal lelah, Bachtiar Adnan Kusuma terus menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam upaya meningkatkan literasi di Indonesia. Salam literasi.