Bisikan Sang Kebersihan, Refleksi Gerakan Jumat Bersih untuk Jeneponto Bahagia
Dari sanalah, mataku beralih ke Rumah. Empat dinding ini, yang seharusnya menjadi pelukan hangat, kadang berubah menjadi sarang kekusutan. Barang-barang berserakan, debu menumpuk, dan sarang laba-laba seolah menjadi penghuni tetap. Aku mendesah, lalu mengajak Tangan untuk bergerak. Mari singkirkan yang tak perlu, sapu lantai dengan cermat, dan tata setiap benda pada tempatnya. Saat Rumah berseri, ia tak hanya nyaman dipandang, tetapi juga memancarkan aura ketenangan. Ia menjadi tempat di mana doa-doa lebih mudah dipanjatkan, di mana ketenangan batin bersemayam, menandakan iman yang kokoh dalam menjaga amanah tempat tinggal.
Terakhir, pandanganku meluas ke Lingkungan. Jalanan yang dipenuhi sampah, udara yang tak sehat – semua ini membuatku menangis. Aku, Kebersihan, tahu bahwa manusia adalah penjaga bumi. Aku berteriak, “Buanglah pada tempatnya! Jaga alam ini!” Ketika Lingkungan kembali bernapas lega, pepohonan hijau tumbuh subur, udara segar menyegarkan, indah nyaman dipandang mata, dan air mengalir jernih, itu bukan hanya hasil kerja keras tangan-tangan peduli, tetapi juga manifestasi nyata dari iman yang hidup. Iman yang tak hanya peduli pada diri sendiri, tetapi juga pada keberlangsungan hidup semesta.
Karenanya, *Gerakan Jumat Bersih* yang digalakkan Pemda Jeneponto saat ini, menjadi cermin betapa diriku sang kebersihan adalah wujud sederhana yang dapat mengubah hal besar dalam hidupmu. Maka, setiap kali engkau membersihkan hatimu dari dengki, membersihkan dirimu dari kotoran, membersihkan rumahmu dari kekusutan, dan membersihkan lingkunganmu dari sampah, ketahuilah: aku, Kebersihan, sedang menuntunmu. Aku sedang membisikkan pelajaran abadi bahwa tindakan membersihkan ini adalah bagian tak terpisahkan dari imanmu. Ia adalah wujud cinta, syukur, dan tanggung jawab yang terpancar, menjadikan hidupmu, rumahmu, dan duniamu lebih bercahaya. (*)