Dikatakannya, secara umum pelatihan ini bertujuan untuk membangun kualitas sumber daya manusia, yakni membentuk sikap mental, paradigma tentang kesuksesan dan kerja. Sehingga dalam konsteks tim peserta nantinya mampu menginplementasikan dalam rupa kerja sama tim yang solid, dengan didasari program atau perencanaan yang terarah, tertata dan tertuju.

Hatta menambahkan bahwa Kabupaten Jeneponto memiliki banyak kawasan yang dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Outbont tersebar di bumi turatea, sehingga memerlukan penanganan khusus dalam bidang outbound, yang tentunya harus didukung dengan tersedianya sumber daya manusia serta memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat turatea,

Dengan kata lain, kata Hatta guna mendorong sektor pariwisata dibidang Outbound diperlukan kerjasama yang baik antar stakeholder terkait. Adapun stakeholder dimaksud itu tergabung didalam lima pentahelix yaitu, Pemerintah, Akademisi, Swasta (pengelola/pengusaha pariwisata), Komunitas dan Media.

Stakeholder ini harus kompak dan bisa menerapkan rumus 3S yaitu Solid, Speed, dan Smart. Solid untuk menegaskan agar sesama regulator itu harus kompak, bersatu, membangun Jeneponto incoporate. Speed dimaksudkan agar program itu berjalan dengan cepat, aturan-aturan yang rumit harus disederhanakan agar bisa lebih cepat. Sementara Smart adalah cara bekerja yang cerdas, pungkasnya.

Sebelumnya Ketua Panitia Pelaksana Judianto melaporkan bahwa kegiatan pelatihan wisata outbound berlangsung dari tanggal 29 November sampai dengan 1 Desember 2021. Sementara Peserta diikuti sebanyak 40 orang. (**)