Jika dikalkulasi, kata Bahtiar, 2.000 pohon per hektar, sama dengan 2.000 tandan pisang. Jika dikalikan Rp100.000, akan menghasilkan Rp200 juta per hektare.

“Apabila ditanam lima hektar, minimal menghasilkan Rp1 miliar. Masa panen 7 – 10 bulan dan bisa terus panen minimal lima tahun. Ini harga paling murah apabila beli di kebun,” urainya.

Dalam kegiatan ini, Rektor Unismuh didampingi Dr. Muhammad Yunus, Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat Unismuh, serta Hadisaputra, Kabag Humas Unismuh.

Kehadiran Prof Ambo Asse dan tim Unismuh ini menunjukkan komitmen kuat Universitas tersebut dalam mendukung upaya pemerintah daerah dalam memperkuat ketahanan pangan dan kedaulatan pangan, khususnya dalam mewujudkan Sulsel sebagai ‘Provinsi Pisang’.

Dalam pertemuan tersebut, para pemangku kepentingan dari berbagai sektor, termasuk pemerintah daerah, militer, kepolisian, dan sektor bisnis, berdiskusi untuk mencari solusi yang efektif dalam mencapai tujuan bersama ini.

Ada tiga perguruan tinggi yang diundang dalam pertemuan itu, yakni Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, dan Unismuh Makassar.

Kehadiran Rektor Unismuh Makassar menandai komitmen perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Ditemui usai Rakor, Prof Ambo Asse menegaskan komitmennya mendukung gerakan tersebut, dengan menyiapkan lahan seluas 75 hektar untuk budidaya pisang.