Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Janwar, menilai, jika dalam pemilihan langsung masih ada kubu yang mempersoalkan politik dinasti, maka itu tanda-tanda mereka yang memunculkan sedang panik.

“Bisa jadi kekuatan koalisi rakyat di IYL- Cakka semakin besar, sehingga isu tersebut sengaja dipaksakan dimunculkan, meski saya yakin itu tidak terlalu mempengaruhi pilihan rakyat. Publik Sulsel pasti lebih menolak yang hobi korupsi dan suka bohong,” terangnya.

Sekadar diketahui, meski diduga yang memunculkan isu dinasti adalah kubu rival IYL, namun mereka tidak menyadari jika sesungguhnya disebut-sebut sedang mempraktikkan ‘dinasti’ di internalnya sendiri.

Di barisan NH-Aziz misalnya, rata-rata keluarga dekatnya mengendalikan pemenangannya. Seperti Kadir Halid, Waris Halid, maupun putra Nurdin. Begitu juga mendorong menantunya maju di Pilkada Sinjai, Andi Seto.

Di NA-ASS, juga ketua tim pemenangannya adalah ipar NA sendiri, Taufik Fachruddin yang dikabarkan direktur perusda di Bantaeng. Termasuk mendorong salah satu orang dekatnya maju sebagai kandidat wakil bupati di Bantaeng.

Bandingkan dengan IYL yang sering diserang isu dinasti, justru di struktur tim pemenangannya diisi figur lain yang bukan saudaranya. Lantas siapa sebenarnya yang mempraktekkan dinasti?.

Jangan sampai kubu NA maupun NH sering berteriak “dinasti” tapi mereka sendiri yang berusaha mempraktekkan? (*)