Diharapkan warga tidak hanya menjadi pekerja, melainkan menjadi bagian dari pengembangan ekosistem wisata di Leang Leang sendiri. Maka dari itu, pemahaman mengenai media sosial dan wisata itu sendiri penting untuk dipraktikkan.

“Selain menonjolkan mengenai industri wisata, kami juga melihat adanya permasalahan lain di Kelurahan Leang Leang. Hal ini terutama pada masalah sampah. Tidak adanya pengelolaan sampah yang tepat menyebabkan banyak sampah plastik berserakan,” kata Jundulloh.

Mengatasi hal tersebut, dirinya dan tim mengusulkan adanya proyek ecobrick. Ecobrick merupakan bata ramah lingkungan yang terbuat dari botol plastik bekas yang diisi penuh dengan sampah plastik. Nantinya, program kerja ini akan dilakukan bersama anak-anak SD setempat.

Banyak warga mengaku tertarik dengan program kerja yang diusulkan. Baik mengenai wisata maupun sampah. Hal ini terutama karena adanya UNESCO Global Geopark Karst Maros-Pangkep yang terletak di Kelurahan Leang Leang. Geopark tersebut kini menjadi daya tarik utama wisata di Leang Leang. Namun, pengelolaan oleh warga desa dinilai belum maksimal.

“Leang Leang ini punya potensi wisata yang besar. Selain karena ada geopark, budaya lokalnya juga sangat menarik untuk ditelusuri. Kami merasa warga desa dalam hal ini yang harus berdaya dalam mengembangkan hal tersebut. Maka dari itu kami berusaha membantu dalam beberapa bidang yang kami rasa mendesak untuk diselesaikan sekarang,” pungkas Jundulloh.

Penulis : Afifah Alfina.