Ironisnya, seni belum sepenuhnya dipandang sebagai subjek pengetahuan. Hal ini menyebabkan “kesucian” seni sebagai ilmu pengetahuan tercederai oleh oknum-oknum yang melihat seni sebagai produk yang tidak perlu dipikirkan secara mendalam.

Mentalitas ini menjadi tantangan besar bagi para pelaku seni, termasuk Sanggar Seni/Studio Walasuji yang berkomitmen untuk mengubah pandangan tersebut.

Namun, dengan kehadiran upaya yang dilakukan oleh teman-teman di Walasuji, saya merasa optimis bahwa perlahan-lahan masyarakat Jeneponto akan membuka mata, hati, dan kepekaan mereka terhadap seni. Seni bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebuah proses yang mampu menyentuh aspek sensibilitas manusia. Melalui kegiatan dan diskusi yang diadakan, mereka berusaha untuk menanamkan pemahaman bahwa seni memiliki nilai yang lebih dalam, yang dapat memperkaya pengalaman hidup kita.

Dengan menciptakan ruang alternatif bagi seni, Sanggar Seni/Studio Walasuji berkontribusi dalam membangun ekosistem seni yang lebih berkualitas. Ini adalah langkah positif yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, untuk bersama-sama menghargai dan memahami seni sebagai bagian integral dari kehidupan kita.

Mari kita dukung upaya ini agar seni dapat berkembang dan lebih dihargai dalam masyarakat kita.