Beberapa peserta diskusi memberikan tanggapan yang senada, terkait adanya upaya sistematis untuk meredupkan jejak perjuangan Bung Hatta yang mengakibatkan distorsi terhadap pemikiran dan nilai-nilai yang beliau perjuangkan. Hal tersebut menyebabkan generasi muda saat ini kurang familiar dengan sosok dan pemikiran Bung Hatta. Lebih jauh lagi, dalam konteks pemerintahan saat ini, nilai-nilai luhur seperti integritas, patriotisme, nasionalisme dan intelektualitas yang pernah menjadi landasan perjuangan Bung Hatta, tampak semakin memudar. Sepeninggal Bung Hatta, seolah politik didangkalkan dengan dijauhkannya politik dari intelektualitas dan nilai spiritual.

“Bung Hatta adalah nilai. Selama ini, kisahnya hanya disempitkan pada proklamasi kemerdekaan, sebagai salah seorang proklamator yang mendampingi Bung Karno. Bung Hatta adalah nilai yang teguh: spiritualitas dan intelektualitas yang mengakar pada bangsanya,” Ujar Zulkarnain memberi responsnya.

Masih dalam tanggapan Muttaqin, distorsi praktik dan pemikiran politik saat ini bisa terjadi karena pemimpin bangsa kita tidak memiliki pemahaman eskatologis. Bung Hatta pernah berkata, “Kewajiban kita di dunia ini adalah menjalankan perintah Tuhan untuk mencapai masyarakat yang baik”. Untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang baik mesti menempuh dua sendi pokok, yaitu keadilan dan cinta kasih yang dengan itu akan melahirkan kedamaian. Inilah pesan inti dari agama yang ingin disampaikan oleh Bung Hatta. “Jadi bagi saya, beliau bukan negarawan biasa, itu terlihat dalam perjalanan spiritualnya,” pungkas Muttaqin menutup sesi diskusi.

Melalui program “Membaca Kembali Bung Hatta”, kegiatan ini diharapkan mampu memberi pemahaman yang mendalam tentang sosok proklamator bangsa ini. Menjadikan Bung Hatta sebagai teladan dalam membangun karakter bangsa agar melahirkan generasi yang memiliki nilai-nilai luhur seperti integritas, patriotisme, dan intelektualitas yang dibalut dengan pemahaman spiritual yang mendalam.

Diskusi ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan, baik dari mahasiswa, dosen, aktivis lingkungan dan juga pelaku usaha sera karyawan swasta.(*)