Menurut WHO (2000), SIG dapat menangkap, mengatur, menganalisa, dan menampilkan berbagai bentuk geografi yang memberikan informasi penting.

Dalam konteks kesehatan, SIG sangat bermanfaat untuk memetakan kelompok masyarakat rentan berbasis area, seperti pemantauan status kesehatan ibu hamil yang dapat menjadi referensi dalam perencanaan program pelayanan kesehatan.

Penggunaan software open source, seperti QGIS, semakin penting bagi pengelola data kesehatan. Bapelkes Cikarang, sebagai Unit Pelaksana Teknis Kemenkes RI di bidang pelatihan, telah mengembangkan kurikulum pelatihan berbasis aplikasi QGIS untuk tenaga kesehatan di Indonesia.

Di tahun anggaran 2024 ini, Bapelkes Cikarang berhasil meluluskan 31 orang tenaga kesehatan yang telah dilatih dalam mengelola data kesehatan berbasis GIS.

Aulia Fitriani, Ketua Panitia Pelatihan, menyampaikan, “Kami berharap pelatihan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis peserta, tetapi juga mendorong mereka untuk menerapkan ilmu yang didapat dalam praktik sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di daerah masing-masing.” Pungkasnya.

Pelatihan ini merupakan langkah strategis dalam mempersiapkan tenaga kesehatan yang lebih terampil dan siap menghadapi tantangan dalam pengelolaan data kesehatan di era digital. (Oji Pajeka).