Berbagai riset yang telah dirangkum dalam laporan desain ini mengusulkan transformasi jangka panjang menuju ruang yang berorientasi pada mobilitas aktif dengan tujuan utamanya adalah memulihkan ruang kota bagi masyarakat Makassar dengan mengedepankan nilai-nilai budaya, sejarah, dan ekologi, serta menciptakan mobilitas warga kota pesisir yang rendah karbon.

Retno Wihanesta selaku Senior Program Lead for Urban Transport Planning WRI Indonesia mengatakan, “Berdasarkan analisis kami, transformasi ruas jalan Sumbu Fort Rotterdam yang berorientasi pejalan kaki akan berpotensi mengurangi emisi 165tCO2e per tahun.

Transformasi berbasis data yang merupakan bagian dari kerja sama Program Kota Masa Depan UK PACT dengan Pemerintah Kota Makassar ini akan mendukung Jalan Ujung Pandang di Fort Rotterdam menjadi tempat yang aman bagi masyarakat untuk beraktivitas, sekaligus meningkatkan ketahanan terhadap potensi bencana.

“Kami optimis hal ini akan terwujud lewat penambahan jalur pejalan kaki dengan peneduhsepanjang 500 meter yang tengah kami rencanakan, di mana hal tersebut akan mampu mendorong pola mobilitas masyarakat menuju mobilitas rendah karbon dan aktif,” katanya.

Selain itu, penataan ruang jalan juga akan terintegrasi dengan akses transportasi umum, alokasi ruang komersial untuk pedagang kaki lima (PKL) juga akan memotivasi penggunaan fasilitas pejalan kaki secara optimal.

“Selanjutnya, median jalan juga telah didesain secara multifungsi, sebagai pemisah dan penyimpanan air sementara, sehingga dapat memitigasi dampak bencana iklim,” lanjut Retno dalam sambutannya.

Menutup acara, tim Program Kota Masa Depan UK PACT berharap hasil studi dapat dimanfaatkan secara optimal oleh Pemerintah Kota Makassar.

Ke depannya, konsorsium ini akan mendukung Pemerintah Kota Makassar untuk mengadopsi desain ke dalam program pembangunan kota dan bersama mengembangkan strategi pembiayaan alternatifserta melakukan kampanye publik.**