Apa upaya-upaya untuk mengatasi tantangan tersebut?

Untuk mengatasi tantangan dalam pengelolaan hutan yang melibatkan perempuan dan generasi muda, diperlukan berbagai upaya strategis, seperti meningkatkan akses terhadap informasi dan sumber daya, mendorong kesetaraan gender serta mengubah norma sosial yang membatasi peran perempuan, serta meningkatkan keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan. Selain itu, pelatihan dan pendampingan bagi kelompok perempuan dan pemuda dalam pengelolaan hutan serta pengembangan usaha perlu ditingkatkan, disertai dengan upaya memperluas akses pasar bagi produk-produk hasil hutan yang mereka hasilkan. Edukasi kepada generasi muda mengenai pentingnya sektor kehutanan juga menjadi langkah krusial dalam memastikan keberlanjutan ekosistem hutan.

Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, perempuan dan generasi muda dapat berkontribusi secara signifikan dalam mewujudkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan inklusif.

Peluang apa yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dan generasi muda dalam pengelolaan hutan?

Terdapat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dan generasi muda dalam pengelolaan hutan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain menyediakan pelatihan dan edukasi yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, termasuk keterampilan teknis, kewirausahaan, dan pemasaran. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi juga penting untuk menyebarkan informasi tentang program kehutanan serta peluang partisipasi.

Selain itu, pembentukan kelompok perempuan dan pemuda dalam pengelolaan hutan dengan pendampingan berkelanjutan dapat memperkuat keterlibatan mereka. Mendorong peran aktif perempuan dan kelompok muda dalam pengambilan keputusan di tingkat lokal maupun nasional juga menjadi aspek krusial.

Kemitraan dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan sektor swasta, dapat membantu memperkuat kapasitas mereka. Dukungan dalam pengembangan usaha berbasis hasil hutan bukan kayu (HHBK), akses ke pasar dan pembiayaan, serta dorongan inovasi untuk produk HHBK bernilai tambah tinggi juga menjadi faktor penting dalam memperkuat keterlibatan mereka di sektor kehutanan.

Program Perhutanan Sosial juga menawarkan peluang besar bagi perempuan dan generasi muda dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Untuk memastikan akses yang adil dan setara, program ini dirancang agar dapat mendorong partisipasi aktif mereka melalui berbagai skema perhutanan sosial.

Pengembangan usaha berbasis perhutanan sosial yang berkelanjutan harus difasilitasi guna memberikan manfaat ekonomi bagi mereka. Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat mengenai peran strategis perempuan dan kelompok muda dalam pengelolaan hutan sangat penting.

Upaya advokasi juga perlu dilakukan untuk memperkuat kebijakan dan program yang mendukung keterlibatan mereka. Terakhir, generasi muda perlu diberikan edukasi tentang pentingnya menjaga hutan serta peluang pekerjaan yang dapat diperoleh dari sektor kehutanan, sehingga mereka semakin terdorong untuk berperan aktif dalam pelestarian lingkungan.

Apa upaya dan langkah strategis ke depan agar kebijakan mendorong perempuan dan generasi muda dalam pengelolaan hutan lebih efektif dan berdampak luas?
Generasi muda adalah masa depan bangsa yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan dan menerapkan solusi-solusi inovatif dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2023, diperkirakan terdapat sekitar 23,18% atau 64,16 juta jiwa pemuda di Indonesia (BPS, 2023).

Jumlah pemuda yang cukup banyak ini berpotensi menjadi sumber kekuatan bangsa jika dipersiapkan dengan baik. Melalui program-program pendidikan, pelatihan, dan pemberdayaan kita harus memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan semangat untuk menjadi pemimpin hijau di masa depan. Sehingga langkah strategis yang bisa dilakukan antara lain Pertama, Penguatan Kerangka Hukum dan Kebijakan. Memastikan bahwa semua kebijakan kehutanan mengintegrasikan perspektif gender dan generasi secara eksplisit.
Kedua, Peningkatan kapasitas dan pemberdayaan. Menyediakan pelatihan dan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan perempuan dan kelompok muda, termasuk keterampilan teknis pengelolaan hutan, kewirausahaan, dan pemasaran.
Ketiga, Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyebarkan informasi dan pelatihan.
Di Kementerian Kehutanan ada unit kerja baru yaitu Pusat Pengembangan Generasi Pelestari Hutan (Pusgenri) yang mempunyai tugas melakukan pembinaan perilaku generasi peduli cinta alam dan pembinaan kewirausahaan kreatif kehutanan.

Saat ini kami sedang mengajak 80 anak muda berdiskusi tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan untuk penyediaan pangan, energi, dan air dalam kegiatan “Youth Talk Take Action (YTTA)”. YTTA adalah forum untuk para pemimpin muda (future Leaders) yang memiliki peran penting dalam upaya pelestarian hutan.

Melalui forum ini, kami juga mengajak agar dengan semangat, ide-ide kreatif, dan inovasi generasi muda dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan hutan di Indonesia. Selain YTTA, kami juga mengajak anak-anak sekolah, mahasiswa dan komunitas cinta alam untuk belajar tentang hutan dan kehidupan dalam rangkaian kegiatan BESTARI RIMBA (Belajar Lestari dari Rimbawan), yang kedepan tentunya bisa juga melahirkan pemimpin-pemimpin hijau.(*)