“Tinggal strategi kita yakni strategi kebudayaan kita. Bagaimana mendefinisikan pancasila itu melalui kebijakan. Misalnya di daerah-daerah diterjemahkan dalam kebijakan di dunia pendidikan.” Ujarnya.

Senada dengan itu, sebagai pembicara kedua, Bapak Dr. Moch. Sabri, AR, M.A memaparkan bahwa penyebab lain dari permasalah demokrasi ini adalah komodifikasi agama, yang salah satu metode penyebarannya yani media sosial.

“Kita menghadapi masalah post agama atau komodifikasi agama, yang salah satunya diperkenalkan oleh tekhnologi misalnya melalui media sosial.” Uangkap Pak Sabri.

Meskipun itu, Ia menambahkan, politik identitas termasuk agama tidak boleh dilarang. Karena menurutnya, identitas keagamaan adalah bagian yang terakomodasi dalam pancasila namun tidak boleh merusak identitas nasional.

“Pancasila mengakomodasi keberagaman termasuk agama. Makanya politik identitas harus dihargai. Namun tidak boleh merusak identitas nasional kita.” Pungkasnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Direktur Pengkajian Materi BPIP RI ini mengungkapkan, pancasila harus diinternalisasi dalam diri setiap generasi muda serta dikemas sesuai bahasa anak muda.

“Pancasila harus dihayati dengan cara anak muda sendiri. Pancasila akan asing jika tidak dikemas dengan bahasa gaul anak muda.” Ujarnya.