Kegagalan SYL juga tampak pada tumbangnya incumbent yang juga kader Golkar pada sejumlah pilkada, semisal di Pilkada Luwu Utara. SYL yang kini menjabat selaku Ketua DPP NasDem Bidang Otonomi Daerah pun tidak mampu menciptakan stabilitas semasa menakhodai Golkar.

“Kepindahan SYL ke NasDem tidak akan mempengaruhi kinerja Golkar. Tidak perlu saya paparkan lebih jauh, data dan fakta sudah berbicara. Kita doakan saja beliau (SYL) bisa sukses dan lebih berguna di tempat barunya,” kata Wakil Koordinator DPD I Golkar Sulsel Bidang Perdagangan dan Perindustrian, Muhammad Yasir, saat dihubungi Selasa, 24 April.

Menurut Yasir, Golkar Sulsel kini jauh lebih solid di bawah kepemimpinan Nurdin Halid (NH). Memang masih ada turbulensi, tapi semuanya masih dapat ditangani. Perlahan tapi pasti, NH meletakkan pondasi dasar loyalitas dalam berpartai. Itu ditunjukkan bukan sebatas omongan, tapi sikap, dimana mantan Ketua PSSI itu tetap bertahan di Golkar, apapun tantangannya.

“Pak NH, Pak Idrus Marham dan Pak Jusuf Kalla merupakan contoh nyata kader Golkar yang patut jadi teladan. Loyalitas mereka tanpa batas. Tidak pernah silau dengan jabatan dan tetap setia mengabdi kepada Golkar, meski banyak tawaran menggiurkan,” ucap Yasir yang juga mantan Ketua Departemen Pemenangan Pemilu Wilayah Sulawesi DPP Golkar.

Yasir menyebut NH dan Idrus Marham bukanlah tipe politisi kutu loncat yang hanya mengejar kekuasaan. Mereka setia pada partai yang membesarkan, meski diterpa masalah sebesar apapun. Ia mengenang pada suatu masa kepemimpinan di DPP Golkar, NH dan Idrus tidak mendapatkan posisi strategis.

Kala itu, banyak parpol yang berasal dari embrio Golkar menawarkan jabatan strategis kepada NH maupun Idrus. Tapi keduanya sama sekali tidak meliriknya. Dengan tegas, NH dan Idrus menolak dan mengikrarkan janji setia kepada Golkar. “Mereka telah memberikan bukti teladan bagi kader Golkar. Tidak ada ambisi kekuasaan,” pungkasnya. (*)