Hal ini memberikan peringatan kepada kedua pasangan pengantin bahwa janganlah bersifat seperti tebu awalnya adalah berkasih sayang, riang gembira, menyatu dengan keluarga, tetapi lama kelamaan kondisi kebahagian itu menjadi pudar, sering bertengkar dan pada akhirnya berujung duka karena manis hanya di awal kemudian pahit di ujung.

Demikian halnya dengan buah pisang satu tandan memiliki gambaran bahwa buah pisang paling bawah itu memiliki buah yang besar, tetapi semakin keatas semakin kecil. Hal ini memberikan peringatan kepada pasangan pengantin bahwa janganlah bersifat seperti buah pisang dalam satu tandan itu yang mana awalnya bahagia tetapi kemudian berujung perpisahan atau duka.

Demikian halnya dengan buah-buahan lainnya seperti buah pinang atau buah kelapa yang dibawa pada saat tradisi Erang-Erang memiliki makna simbolik sebagai peringatan kepada kedua pengantin tentang makna berumah tangga.

Melihat kondisi sekarang, banyak masyarakat tidak mengetahui makna dan tujuan tradisi Erang-Erang apalagi makna simbolik yang tersimpan dalam tradisi Erang-Erang atau seserahan.

Tradisi Erang-Erang sebagai sebuah budaya menjadi obyek kekayaan kebudayaan dan akan mendukung pemajuan kebudayaan sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Salam Lestari Budaya. (*)