Kemudian Kritik Terhadap Populisme: Di sisi lain, ada juga yang mengkritik ungkapan ini karena dapat memicu munculnya populisme. Ketika suara mayoritas selalu dijadikan patokan, maka hak-hak minoritas bisa terabaikan dan keputusan yang diambil bisa tidak rasional.

Peran Media Sosial: Munculnya media sosial membuat suara rakyat semakin mudah didengar. Namun, ini juga memunculkan tantangan baru seperti penyebaran hoaks, polarisasi, dan manipulasi opini publik.

Kecerdasan Buatan dan Manipulasi Opini: Perkembangan teknologi kecerdasan buatan memungkinkan manipulasi opini publik secara besar-besaran. Hal ini mempertanyakan sejauh mana suara rakyat yang kita dengar benar-benar mencerminkan keinginan masyarakat.

Pluralisme dan Relativisme: Dalam masyarakat yang semakin plural, pandangan tentang “kebenaran” menjadi semakin relatif. Suara mayoritas tidak selalu mewakili kebenaran mutlak, dan kepentingan minoritas perlu diperhatikan.
Lalu bagaimana tantangan dalam

Menerapkan “Vox Populi, Vox Dei” di Era Modern: Berbagai tantangan dalam penerapan ungkapan ini di era modern antara lain; Representasi: Bagaimana memastikan bahwa semua suara rakyat, terutama dari kelompok minoritas, terwakili dengan baik dalam proses pengambilan keputusan?

Informasi yang Salah: Bagaimana membedakan antara opini publik yang terbentuk secara organik dengan opini yang dimanipulasi melalui informasi yang salah?

Kualitas Demokrasi: Bagaimana memastikan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan suara mayoritas benar-benar demi kepentingan bersama dan berkelanjutan?

Etika Politik: Bagaimana menjaga etika politik dalam memanfaatkan suara rakyat untuk kepentingan politik jangka pendek?

Max Weber, Sosiolog Jerman memberikan analisis mendalam tentang kekuasaan dan otoritas. Pemikirannya tentang legitimasi kekuasaan dapat dikaitkan dengan konsep kedaulatan rakyat. Max Weber melakukan kajian terhadap apa yang disebut dengan kekuasaan atau otoritas.

Menurutnya, terdapat tiga tipe kekuasaan otoritas yakni? Otoritas tradisional, otoritas legal-rasional dan otoritas kharisma.

Analisis Weber ini pada dasarnya beririsan dengan ungkapan “Vox Populi, Vox Dei” yang tetap relevan dalam konteks modern, namun tentunya perlu diinterpretasikan secara kritis dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Suara rakyat memang penting, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Demokrasi yang sehat membutuhkan keseimbangan antara suara mayoritas, hak-hak minoritas, dan pertimbangan rasional. (*)