“Konsep TPAS bintang 5 ini seperti pengelolaan TPA di negara maju. Mereka bukan lagi sampah yang dibuang ke TPA melainkan sampah di masukan ke mesin terus diproses dan yang keluar debu. Debu ini yang dibuang ke TPA. Sehingga nantinya aktivitas pemulungan dalam TPAS akan berkurang secara otomatis,” tambahnya.

Di kantor Dinas Pendidikan (Disdik) sebagai kunjungan terakhir hari itu, tim YSTC berdiskusi dengan Bapak Yasmain salah satu pegawai teras di Disdik, yang mewakili kepala dinas yang sedang dalam tugas lain di tempat yang berbeda. Ia memaparkan, keinginan YSTC agar anak-anak di kawasan TPAS Tamangapa untuk tetap bersekolah juga sejalan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh Disdik. Pihak Disdik terus mengupayakan agar anak-anak mendapatkan sekolah formal maupun informal.

“Bahkan kami menyediakan paket A untuk skala SD, B untuk SMP, dan C untuk SMA. Kemudian kursus dan program paket vokasi” Ujar Yasmain yang menerima tim YSTC di ruang kerjanya di kantor Disdik jalan Hertasning.

Lebih lanjut, Ia menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi dalam mewujudkan pendidikan bagi anak-anak pemulung di TPAS Tamangapa seperti masalah anggaran dan migrasi keluarga pemulung dari luar Makassar.

“Kami terkendala masalah anggaran. Anggaran untuk tahun depan berdasarkan data tahun ini. Misalnya kami anggarkan untuk 800 tapi ada migrasi 200 orang jadi 1000 orang. Sementara, arus migrasi ini kami tidak bisa halau” tambahnya.

Ketika ditanya soal kendala administrasi anak pemulung yang bukan warga Kota Makassar, Ia mengatakan pihak Disdik tidak menyoal itu, karena hal utama adalah memastikan hak dasar anak terpenuhi.
“Prinsip kita adalah semua hal terbaik untuk anak. Kami tidak boleh tunda hak anak untuk sekolah hanya karena persoalan administrasi” tutupnya.