Opini: Ramadhan Pergi, Masjid pun Ikut Pergi
Bukan murni untuk melaksanakan kewajiban, astagfirullah. Walaupun memang, kita sebagai seorang muslim sangat senang jika bulan ramadhan akan datang.
Tetapi dalam hal memakmurkan masjid, bukan hanya sebatas di bulan ramadhan saja. Karena sholat di laksanakan setiap hari, jadi hendaknya masjid juga dimakmurkan setiap hari.
Sebagian orang mungkin telah terlena, dengan kenikmatan dunia yang hanya bersifat sementara. Hingga saat ramadhan berlalu, berlalu jugalah semangatnya dalam beribadah.
Padahal harusnya, kita tetap menjaga semangat beribadah itu. Toh ini juga untuk kebaikan diri kita. Tapi masih banyak orang yang menganggap bahwa mencari uang, ‘menikmati’ masa muda dan berbagai perbuatan menyenangkan namun sia-sia lainnya adalah kebaikan untuknya, padahal nyatanya itu hanyalah kesenangan yang menipu.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. al-Hadîd [57]: 20).
Kebanyakan yang terlihat dalam masjid setelah bulan ramadhan, hanyalah orang-orang tua, yang tetap setiap dalam memakmurkan masjid.
Padahal tenaga muda dalam masjid juga sangat di perluka, seperti halnya dalam mengumandangkan adzan, alangkah tidak syahdunya jika yang mengumandangkannya adalah seorang tua yang sudah kehilangan gigi.
Juga sebagai imam, kita memerlukan imam yang suaranya bagus, tajwidnya bagus dan hafalannya bagus. Dan ini bisa kita temui pada diri orang-orang yang masih dalam masa produktifnya, bukan pada orang tua yang telah renta dan sudah pensiun.
Ingatlah bahwa masjid tetap buka, sekalipun ramadhan telah tutup. Masjid tetap terbuka bagi semua ummat Islam, bukan hanya untuk sekedar sholat, melainkan juga untuk bermajelis ilmu, berdiskusi, rapat, buka puasa, beristirahat dan sebagainya.
Masjid adalah milik kita bersama, oleh karena itu sepantasnyalah kita memakmurkannya, merawatnya, membiayainya pun secara bersama.
Hakekat gotong royong dapat terlihat jika masayarakat nya bersama-sama memelihara tempat kepentingan umum, salah satunya ialah masjid.
Penulis: Ma’arif Amiruddin (Mahasiswa / Aktivitas Perubahan)