Ia berharap agar pelanggan atau masyarakat dapat memahami pola perbaikan di PDAM, beda dengan PLN kalau ada kerusakan, diperbaiki langsung nyala. “Kalau di PDAM, satu jam saja kerusakan, menjernihkan airnya saja sampai normal bisa tiga sampai lima hari.

“Kami sangat mengerti keluhan-keluhan dari para pelanggan itu khususnya air yang keruh. Hal itu pun pasti kami beritahukan kepada masyarakat. Kami pun bersama tim teknisi berusaha secepat mungkin melakukan perbaikan jika kerusakan tidak terlalu parah,” ujarnya.

Ia juga mengakui, PDAM memang belum bisa menyumbang terlalu besar untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun prinsipnya di PDAM ini, ditegaskan Junaedi adalah bagaimana memikirkan air tetap mengalir, bukan semata-mata mencari keuntungan, karena masalah air ini merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat.

“Kalau mau untung banyak sebenarnya perusahaan bisa saja menaikan tarif per kubiknya. Karena menurutnya kalau dihitung-hitung, biaya produksi di PDAM memang lebih tinggi,” kata Junaedi.

Namun itu belum dilakukan, walaupun dari analisa kajian, agar keuangan perusahaan sehat dan menguntungkan, pungkasnya. (**)